1. Abu Nawas Menang Lomba Berburu
Pada suatu hari yang cerah, Raja Harun Ar-Rasyid dan
para pengawalnya meninggalkan istana untuk berburu. Namun, di tengah
perjalanan, salah satu pejabat kerajaan yang bernama Abu Jahil menyusul dengan
terengah-engah di atas kudanya.
“Baginda… Baginda…. hamba mau mengusulkan sesuatu” katanya Abu Jahil mendekati sang
Raja. “Apa usulm itu wahai Abu Jahil?... tanya
Raja.
“Agar acara berburu ini menarik dan disaksikan banyak
penduduk, bagaimana kalau kita sayembarakan saja?” ujar Abu Jahil dengan raut
wajah serius.
“Hamba ingin beradu ketangkasan dengan Abunawas, dan
nanti pemenangnya akan mendapatkan sepundi uang emas. Tapi, kalau kalah,
hukumannya adalah dengan memandikan kuda-kuda istana selama 1 bulan” tutur Abu Jahil meyakinkan Raja.
Terompet
Sayembara Ditiup
Akhirnya sang Raja menyetujui usulan Abu Jahil
tersebut. Hitung-hitung sayembara itu akan memberikan hiburan kepadanya. Maka,
dipanggillah Abunawas untuk menghadap, dan setelah menghadap Raja Harun,
Abunawas pun diberi petunjuk panjang lebar.
Pada awalnya, Abunawas menolak sayembara tersebut
karena ia tahu bahwa semua ini adalah akal bulus dari Abu Jahil yang ingin
menyingkirkannya dari istana.
Tapi Baginda Raja Harun memaksa dan Abunawas tudak bisa
menolak.
Abunawas
berpikir sejenak
Ia tahu kalau Abu Jahil sekarang diangkat menjadi
pejabat istana. Ia pasti mengerahkan semua anak buahnya untuk menyumbang seekor
binatang buruannya di hutan nanti.
Namun , karena kecerdikannya, Abunawas malah tersenyum
riang. Abu Jahil yang melihat perubahan raut muka Abunawas menjadi penasaran
dbuatnya, batinnya berkata mana mungkin Abunawas bisa mengalahkan dirinya kali
ini.
Akhirnya, Baginda menggiring mereka ke tengah alun-alun
istana. Raja dan seluruh rakyat menunggu, siapa yang bakal menjadi pemenang
dalam lomba berburu ini.
Terompet tanda mulai adu ketangkasan pun ditiup. Abu
Jahil segera memacu kudanya secepat kilat menuju hutan belantara. Anehnya,
Abunawas justru sebaliknya, dia dengan santainya menaiki kudanya sehingga para
penonton banyak yang berteriak.
Menjelang sore hari, tampaklah kuda Abu Jahil memasuki
pintu gerbang istana. Ia pun mendapat sambutan meriah dan tepuk tangan dari
rakyat yang menyaksikannya. Di sisi kanan dan kiri kuda Abu Jahil tampak
puluhan hewan yang mati terpanah. Abu Jahil dengan senyum bangga memperlihatkan
semua binatang buruannya di tengah lapanangan.
“…Aku, Abu Jahil berhak memenangkan lomba ini.
Lihat..binatang buruanku banyak. Mana mungkin Abunawas mengalahkanku?...”
teriaknya lantang yang membuat para penonton semakin ramai bertepuk tangan.
Tidak berapa lama kemudian, terdengar suara kaki kuda
Abunawas. Semua orang mentertawakan dan meneriakinya karena Abunawas tak
membawa satu pun binatang buruan di kudanya.
Tapi, Abunawas tidak tampak gusar sama sekali. Ia malah
tersenyum dan melambaikan tangan.
Baginda Raja menyuruh kepada 2 orang pengawalnya maju
ke tengah lapangan dan menghitung jumlah binatang buruan yang didapatkan 2
peserta tersebut.
Dan kesempatan pertama, para pengawal menghitung jumlah
binatang hasil buruan dari Abu Jahil.
“Tiga puluh lima ekor kelinci, ditambah lima ekor rusa
dan dua ekor babi hutan, kata salah satu pengawal”.
“Kalau begitu akulah pemenangnya karena Abunawas tak
membawa seekor binatangpun,” teriak Abu Jahil dengan
sombongnya.
“Tenang… tenang…. aku membawa ribuan binatang. Jelaslah
aku pemenangnya dan engkau wahai Abu Jahil, silahkan memandikan kuda-kuda
istana. Menurut aturan lomba, semua binatang boleh ditangkap, yang penting
jumlahnya,”
kata Abunawas sambil membuka bambu kuning yang telah diisi dengan ribuan semut
merah.
“Jumlahnya sangat banyak Baginda, mungkin ribuan, kami
tak sanggup menghitungnya lagi,” kata
pengawal kerajaan yang menghitung jumlah semut itu.
Melihat kenyataan itu, Abu Jahil tiba-tiba saja jatuh
pingsan. Baginda Raja tertawa terpingkal-pingkal dan langsung memberi hadiah
kepada Abunawas. Kecerdikan dan ketulusan hati pasti bisa mengalahkan
kelicikan.
2. Memindahkan Istana ke atas Gunung
Baginda Raja baru saja membaca kitab tentang kehebatan Raja Sulaiman
yang mampu memerintahkan, para jin memindahkan singgasana Ratu Bilqis di
dekat istananya. Baginda tiba-tiba merasa tertarik. Hatinya mulai
tergelitik untuk melakukan hal yang sama. Mendadak beliau ingin
istananya dipindahkan ke atas gunung agar bisa lebih leluasa menikmati
pemandangan di sekitar. Dan bukankah hal itu tidak mustahil bisa
dilakukan karena ada Abu Nawas yang amat cerdik di negerinya.
Tanpa membuang waktu Abu Nawas segera dipanggil untuk menghadap Baginda Raja Harun Al Rasyid. Setelah Abu Nawas dihadapkan, Baginda bersabda, "Abu Nawas engkau harus memindahkan istanaku ke atas gunung agar aku lebih leluasa melihat negeriku?" tanya Baginda sambil melirik reaksi Abu Nawas.
Abu Nawas tidak langsung menjawab. Ia berpikir sejenak hingga keningnya berkerut. Tidak mungkin menolak perintah Baginda kecuali kalau memang ingin dihukum. Akhirnya Abu Nawas terpaksa menyanggupi proyek raksasa itu. Ada satu lagi, permintaan dari Baginda, pekerjaan itu harus selesai hanya dalam waktu sebulan. Abu Nawas pulang dengan hati masgul.
Setiap malam ia hanya berteman dengan rembulan dan bintang-bintang. Hari-hari dilewati dengan kegundahan. Tak ada hari yang lebih berat dalam hidup Abu Nawas kecuali hari-hari ini. Tetapi pada hari kesembilan ia tidak lagi merasa gundah gulana. Keesokan harinya Abu Nawas menuju istana. Ia menghadap Baginda untuk membahas pemindahan istana. Dengan senang hati Baginda akan mendengarkan, apa yang diinginkan Abu Nawas.
"Ampun Tuanku, hamba datang ke sini hanya untuk mengajukan usul untuk memperlancar pekerjaan hamba nanti." kata Abu Nawas.
"Apa usul itu?"
"Hamba akan memindahkan istana Paduka yang mulia tepat pada Hari Raya Idul Qurban yang kebetulan hanya kurang dua puluh hari lagi."
"Kalau hanya usulmu, baiklah." kata Baginda.
"Satu lagi Baginda..." Abu Nawas menambahkan.
"Apa lagi?" tanya Baginda.
"Hamba mohon Baginda menyembelih sepuluh ekor sapi yang gemuk untuk dibagikan langsung kepada para fakir miskin." kata Abu Nawas. "Usulmu kuterima." kata Baginda menyetujui. Abu Nawas pulang dengan perasaan riang gembira. Kini tidak ada lagi yang perlu dikhawatirkan. Toh nanti bila waktunya sudah tiba, ia pasti akan dengan mudah memindahkan istana Baginda Raja. Jangankan hanya memindahkan ke puncak gunung, ke dasar samudera pun Abu Nawas sanggup.
Desas-desus mulai tersebar ke seluruh pelosok negeri. Hampir semua orang harap-harap cemas. Tetapi sebagian besar rakyat merasa yakin atas kemampuan Abu Nawas. Karena selama ini Abu Nawas belum pemah gagal melaksanakan tugas-tugas aneh yang dibebankan di atas pundaknya. Namun ada beberapa orang yang meragukan keberhasilan Abu Nawas kali ini. Saat-saat yang dinanti-nantikan tiba. Rakyat berbondong-bondong menuju lapangan untuk melakukan sholat Hari Raya Idul Qurban.
Dan seusai sholat, sepuluh sapi sumbangan Baginda Raja disembelih lalu dimasak kemudian segera dibagikan kepada fakir miskin. Kini giliran Abu Nawas yang harus melaksanakan tugas berat itu. Abu Nawas berjalan menuju istana diikuti oleh rakyat. Sesampai di depan istana Abu Nawas bertanya kepada Baginda Raja, "Ampun Tuanku yang mulia, apakah istana sudah tidak ada orangnya lagi?"
"Tidak ada." jawab Baginda Raja singkat. Kemudian Abu Nawas berjalan beberapa langkah mendekati istana. Ia berdiri sambil memandangi istana. Abu Nawas berdiri mematung seolah-olah ada yang ditunggu. Benar. Baginda Raja akhirnya tidak sabar.
"Abu Nawas, mengapa engkau belum juga mengangkat istanaku?" tanya Baginda Raja.
"Hamba sudah siap sejak tadi Baginda." kata Abu Nawas. "Apa maksudmu engkau sudah siap sejak tadi? Kalau engkau sudah siap. Lalu apa yang engkau tunggu?" tanya Baginda masih diliputi perasaan heran.
"Hamba menunggu istana Paduka yang mulia diangkat oleh seluruh rakyat yang hadir untuk diletakkan di atas pundak hamba. Setelah itu hamba tentu akan memindahkan istana Paduka yang mulia ke atas gunung sesuai dengan titah Paduka." Baginda Raja Harun Al Rasyid terpana. Beliau tidak menyangka Abu Nawas masih bisa keluar dari lubang jarum.
Hari
itu puasa Ramadhan menjelang hari keenam. Seperti biasa, Abu Nawas
duduk di beranda depan gubugnya sambil menunggu bedug maghrib tiba.
Sambil memandang langit biru yang mulai nampak senja, Abu Nawas berpikir
bagaimana agar dapur rumahnya agar tetap mengepul.
Secara kebetulan sore itu Abu Nawas ingin meminjam 3 butir telur kapada tuan Tanah itu. Tuan tanah tentu saja senang memberikan pinjaman kepada Abu Nawas karena pinjaman itu akan menjadi banyak karena beranak. Malahan tuan tanah itu menanyakan kepada abu nawas apakah ingin meminjam yang lain. Abu Nawas menjawab tidak perlu. Dia hanya butuh 3 butir telur. Tuan tanah itu bertanya lagi dengan Abu Nawas kapan telur itu akan beranak?Abu nawas menjawab itu tergantung dengan keadaan.
Lima hari kemudian, Abu Nawas kembali ke rumah tuan tanah itu. Mengembalikan telur menjadi 5 butir. Melihat 5 butir telur betapa senangnya Tuan tanah itu. Tuan tanah lalu menanyakan kepada abu nawas apakah ia akan meminjam lagi. Abu Nawas lalu meminjam piring tembikar sebanyak 2 buah. Tuan tanah itu memberikan dengan senang hati dan berharap piringnya itu menjadi banyak.
Tanpa membuang waktu Abu Nawas segera dipanggil untuk menghadap Baginda Raja Harun Al Rasyid. Setelah Abu Nawas dihadapkan, Baginda bersabda, "Abu Nawas engkau harus memindahkan istanaku ke atas gunung agar aku lebih leluasa melihat negeriku?" tanya Baginda sambil melirik reaksi Abu Nawas.
Abu Nawas tidak langsung menjawab. Ia berpikir sejenak hingga keningnya berkerut. Tidak mungkin menolak perintah Baginda kecuali kalau memang ingin dihukum. Akhirnya Abu Nawas terpaksa menyanggupi proyek raksasa itu. Ada satu lagi, permintaan dari Baginda, pekerjaan itu harus selesai hanya dalam waktu sebulan. Abu Nawas pulang dengan hati masgul.
Setiap malam ia hanya berteman dengan rembulan dan bintang-bintang. Hari-hari dilewati dengan kegundahan. Tak ada hari yang lebih berat dalam hidup Abu Nawas kecuali hari-hari ini. Tetapi pada hari kesembilan ia tidak lagi merasa gundah gulana. Keesokan harinya Abu Nawas menuju istana. Ia menghadap Baginda untuk membahas pemindahan istana. Dengan senang hati Baginda akan mendengarkan, apa yang diinginkan Abu Nawas.
"Ampun Tuanku, hamba datang ke sini hanya untuk mengajukan usul untuk memperlancar pekerjaan hamba nanti." kata Abu Nawas.
"Apa usul itu?"
"Hamba akan memindahkan istana Paduka yang mulia tepat pada Hari Raya Idul Qurban yang kebetulan hanya kurang dua puluh hari lagi."
"Kalau hanya usulmu, baiklah." kata Baginda.
"Satu lagi Baginda..." Abu Nawas menambahkan.
"Apa lagi?" tanya Baginda.
"Hamba mohon Baginda menyembelih sepuluh ekor sapi yang gemuk untuk dibagikan langsung kepada para fakir miskin." kata Abu Nawas. "Usulmu kuterima." kata Baginda menyetujui. Abu Nawas pulang dengan perasaan riang gembira. Kini tidak ada lagi yang perlu dikhawatirkan. Toh nanti bila waktunya sudah tiba, ia pasti akan dengan mudah memindahkan istana Baginda Raja. Jangankan hanya memindahkan ke puncak gunung, ke dasar samudera pun Abu Nawas sanggup.
Desas-desus mulai tersebar ke seluruh pelosok negeri. Hampir semua orang harap-harap cemas. Tetapi sebagian besar rakyat merasa yakin atas kemampuan Abu Nawas. Karena selama ini Abu Nawas belum pemah gagal melaksanakan tugas-tugas aneh yang dibebankan di atas pundaknya. Namun ada beberapa orang yang meragukan keberhasilan Abu Nawas kali ini. Saat-saat yang dinanti-nantikan tiba. Rakyat berbondong-bondong menuju lapangan untuk melakukan sholat Hari Raya Idul Qurban.
Dan seusai sholat, sepuluh sapi sumbangan Baginda Raja disembelih lalu dimasak kemudian segera dibagikan kepada fakir miskin. Kini giliran Abu Nawas yang harus melaksanakan tugas berat itu. Abu Nawas berjalan menuju istana diikuti oleh rakyat. Sesampai di depan istana Abu Nawas bertanya kepada Baginda Raja, "Ampun Tuanku yang mulia, apakah istana sudah tidak ada orangnya lagi?"
"Tidak ada." jawab Baginda Raja singkat. Kemudian Abu Nawas berjalan beberapa langkah mendekati istana. Ia berdiri sambil memandangi istana. Abu Nawas berdiri mematung seolah-olah ada yang ditunggu. Benar. Baginda Raja akhirnya tidak sabar.
"Abu Nawas, mengapa engkau belum juga mengangkat istanaku?" tanya Baginda Raja.
"Hamba sudah siap sejak tadi Baginda." kata Abu Nawas. "Apa maksudmu engkau sudah siap sejak tadi? Kalau engkau sudah siap. Lalu apa yang engkau tunggu?" tanya Baginda masih diliputi perasaan heran.
"Hamba menunggu istana Paduka yang mulia diangkat oleh seluruh rakyat yang hadir untuk diletakkan di atas pundak hamba. Setelah itu hamba tentu akan memindahkan istana Paduka yang mulia ke atas gunung sesuai dengan titah Paduka." Baginda Raja Harun Al Rasyid terpana. Beliau tidak menyangka Abu Nawas masih bisa keluar dari lubang jarum.
3. Tipuan Bodoh Kalahkan Tuan Tanah Pelit
Sementara itu ada
seorang tuan tanah yang rumahnya tak jauh dari rumah Abu Nawas. Sebagai
tuan tanah tentu saja mempunyai rumah yang besar. Lengkap dengan
seperangkat gudang makanan,lahan peternakan dan kamar. Hampir setiap
orang yang berada didaerah itu bahkan Abu Nawas sendiri bekerja dengan
tuan tanah itu,bekerja keras setiap hari hari tetapi dengan hasil yang
sedikit. Dan bila meminjam bunga denga dirinya maka harus mengembalikan
dengan bunga yang sangat tinggi. Tingkat penghisapanya sangat tinggi.
Dan sebagai mana tuan tanah, dia mempunyai sifat yang pelit, kikir,
tamak dan loba.
Tuan tanah ini mendengar kabar bahwa Abu Nawas mempunyai suatu kepandaian yang aneh. Bila ia meminjam sesuatu maka akan dikembalikan secara lebih, katanya pinjamannya itu beranak. Seperti meminjam seekor ayam maka ayam itu akan dikembalikan dua karena ayam itu beranak. Menarik juga kepandaian Abu Nawas ini pikir sang tuan tanah. Tuan tanah lalu berpikir agar Abu Nawas segera meminjam darinya.
Tuan tanah ini mendengar kabar bahwa Abu Nawas mempunyai suatu kepandaian yang aneh. Bila ia meminjam sesuatu maka akan dikembalikan secara lebih, katanya pinjamannya itu beranak. Seperti meminjam seekor ayam maka ayam itu akan dikembalikan dua karena ayam itu beranak. Menarik juga kepandaian Abu Nawas ini pikir sang tuan tanah. Tuan tanah lalu berpikir agar Abu Nawas segera meminjam darinya.
Secara kebetulan sore itu Abu Nawas ingin meminjam 3 butir telur kapada tuan Tanah itu. Tuan tanah tentu saja senang memberikan pinjaman kepada Abu Nawas karena pinjaman itu akan menjadi banyak karena beranak. Malahan tuan tanah itu menanyakan kepada abu nawas apakah ingin meminjam yang lain. Abu Nawas menjawab tidak perlu. Dia hanya butuh 3 butir telur. Tuan tanah itu bertanya lagi dengan Abu Nawas kapan telur itu akan beranak?Abu nawas menjawab itu tergantung dengan keadaan.
Lima hari kemudian, Abu Nawas kembali ke rumah tuan tanah itu. Mengembalikan telur menjadi 5 butir. Melihat 5 butir telur betapa senangnya Tuan tanah itu. Tuan tanah lalu menanyakan kepada abu nawas apakah ia akan meminjam lagi. Abu Nawas lalu meminjam piring tembikar sebanyak 2 buah. Tuan tanah itu memberikan dengan senang hati dan berharap piringnya itu menjadi banyak.
Lima hari kemudian Abu
Nawas datang dengan membawa 3 piring tembikar. Walaupun tidak sesuai
dengan yang diharapkan, tetapi hatinya cukup gembira karena dua piring
dulu hanya melahirkan 1 anak saja. Tak apa pikir sang tuan tanah karena
bisa saja orang mempunyai anak tunggal bahkan tidak memiliki anak.
Abu Nawas dan Tuan tanah itu sama – sama senang. Maka dari itu tuan tanah itu meminjamkan uang senilai 1000 dinar. Jumlah yang sangat besar, gaji buat seluruh karyawan dan pekerjanya selama 1 bulan. Tuan tanah itu berangan – angan bahwa uang yang dipinjam abu nawas nanti akan diapakan karena akan banyak beranak. Tuan tanah itu menanti dengan tidak sabar. Ditunggu selama lima hari, abu nawas tidak kunjung datang. Hampir satu bulan, Abu nawas juga tidak datang. Saat tuan tanah akan mendatangi rumah Abu Nawas dengan centengnya, Abu Nawas datang. Mulanya tuan tanah gembira tapi sesudah Abu Nawas menjelaskan persoalannya, bukan main marahnya tuan tanah itu.
“Sayang sekali tuan. Uang yang saya pinjam itu, bukannya beranak, malah tiga hari kemudian mati mendadak. ”Mendengar kata- kata itu betapa geramnya tuan tanah. Hampir saja Abu Nawas dihajar centeng tuan tanah. Untung saja ada teman – teman abu nawas yang baru pulang dari bekerja.
Abu Nawas dan Tuan tanah itu sama – sama senang. Maka dari itu tuan tanah itu meminjamkan uang senilai 1000 dinar. Jumlah yang sangat besar, gaji buat seluruh karyawan dan pekerjanya selama 1 bulan. Tuan tanah itu berangan – angan bahwa uang yang dipinjam abu nawas nanti akan diapakan karena akan banyak beranak. Tuan tanah itu menanti dengan tidak sabar. Ditunggu selama lima hari, abu nawas tidak kunjung datang. Hampir satu bulan, Abu nawas juga tidak datang. Saat tuan tanah akan mendatangi rumah Abu Nawas dengan centengnya, Abu Nawas datang. Mulanya tuan tanah gembira tapi sesudah Abu Nawas menjelaskan persoalannya, bukan main marahnya tuan tanah itu.
“Sayang sekali tuan. Uang yang saya pinjam itu, bukannya beranak, malah tiga hari kemudian mati mendadak. ”Mendengar kata- kata itu betapa geramnya tuan tanah. Hampir saja Abu Nawas dihajar centeng tuan tanah. Untung saja ada teman – teman abu nawas yang baru pulang dari bekerja.
Tuan tanah itu
mengadukan kepada pengadilan. Tuan tanah itu berharap Abu Nawas akan
digantung atau bahkan dihukum rajam. Dan, pengadilan pun digelar. Abu
Nawas membeberkan semua duduk permasalahanya. Demikian juga tuan tanah
itu menjelaskan. Pengadilan pun memutuskan cukup rasional (masuk akal).
Kalau sesuatu bisa beranak sudah pasti bisa mati. Dan Abu nawas telah
menjalankan lakonnya dengan baik. Adapun tuan tanah yang tamak itu telah
tertipu karena wataknya sendiri yang kikir, tamak, pelit.
Halo, nama saya adalah Ibu Camilla Barbro. Saya ingin menggunakan media ini untuk mengingatkan semua pencari pinjaman sangat berhati-hati karena ada penipuan di mana-mana. Beberapa bulan yang lalu saya tegang finansial, dan putus asa, saya scammed oleh beberapa lender online. Saya hampir kehilangan harapan sampai seorang teman saya merujuk saya ke pemberi pinjaman sangat handal disebut Mrs.Heather Whyte yang meminjamkan pinjaman tanpa jaminan sebesar 30.000 Euro dalam waktu kurang dari 72 jam tanpa tekanan atau stres pada tingkat bunga hanya 2%. Saya sangat terkejut ketika saya memeriksa saldo rekening bank saya dan menemukan bahwa jumlah i diterapkan untuk dikirim langsung ke rekening saya tanpa penundaan. Jadi saya berjanji saya akan berbagi kabar baik sehingga orang bisa mendapatkan pinjaman mudah tanpa stres. Jadi jika Anda membutuhkan jenis pinjaman, menghubungi dia melalui email: qualityloanltd@europe.com.
BalasHapusAnda juga dapat menghubungi saya di email saya: camillabarbro15@gmail.com
Sekarang, semua yang saya lakukan adalah mencoba untuk memenuhi pembayaran pinjaman yang saya kirim langsung ke rekening mereka.
My Natal dan New Perayaan itu indah
Semua yang terbaik.